Rabu, 10 September 2008

Low speed atau high iso?

“Untuk fotografi night shoot, bila tidak ingin menampilkan kesan movement, hanya lanscape saja, lebih baik yang mana antara low speed atau high iso? karena setahu saya keduanya memberikan efek noise pada kamera, atau bermain diantaranya saja ya? “
Kalo landscape object diam lebih baik pake low speed aja,kita bisa pake iso rendah,..biar grain nya halus. Tapi kalo object bergerak (misal penari di open stage pada malam terpaksa pakai iso tinggi,jd dpt speed tinggi,min 90 lah,jadi object tidk blur.

Kalau mau kejar gak ada sense of movement = high iso, tergantung jenis kamera dan toleransi + post processing, saya pakai noise ninja, hasilnya ok lah
Kalau tidak masalah dengan sense of movement, lebih baik pilih slow speed + tripod, maklum high iso ada batasnya, paling cuma beberapa stop saja, night photography agak susah kalau mengandalkan high iso saja. Sedapat mungkin low speed, biar dapat iso rendah
Kalo tentang nois, lebih baik mematikan fungsi noise reduction di kameranya...tapi mengoreksinya lewat program pengolah gambar karena bisa lebih terkontrol.
“Apakah fotografi itu hanya berkisar di seputar detail atau noise saja ??”
Jawabannya tergantung seberapa kuat noise yang menurut anda masih bisa diterima ??Kalau dikit sih masih bisa nerima noisenya, tapi kan lebih baik kalo fotonya mulus.
Selengkapnya »»

Mencegah Under Exposure Pada Kamera Saku

Pengguna kamera saku umumnya mengeluh karena foto-foto indoor yang mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure). Hal ini sering terjadi pada kamera-kamera yang hanya mengandalkan built-in flash dengan jangkauan (coverage) area yang terbatas ditambah kebiasaan memotret pada jarak maksimum jangkauan flash.
Yang sering terjadi adalah:
1. Pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pada bagian tepi/pojok, cenderung lebih gelap, hal ini terjadi akibat keterbatasan jangkauan area flash.
2. Pada lensa tele (zoom in max), keseluruhan foto cenderung kurang cerah (under) karena cahaya flash kurang kuat. Hal ini disebabkan berkurangnya jangkauan flash akibat bukaan aperture yang mengecil saat zoom in dilakukan.

Untuk menghindari masalah ini, kita perlu mengetahui kemampuan built-in flash pada kamera tersebut. Pada kamera saku, umumnya cuma diberikan data jangkauan maksimum dari built-in flashnya, misalnya: pada ISO 100 dengan kondisi wide angle jangkauan built-inflash adalah 3m sedangkan pada kondisi tele jarak berkurang menjadi 2m. Jarak ini berubah, bertambah atau berkurang sebanding dengan ISO yang digunakan. Misalnya, pada peningkatan 1 stop / double (ISO 200), jarak tersebut meningkat ¼ kalinya. Pada 2 stop / quadruple (ISO 400), jarak meningkat 2 kalinya. Sebaliknya, jika diturunkan menjadi ISO 50, jarak menurun 0,7 kalinya.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan agar foto yang dihasilkan tidak under exposure, yaitu:
• Gunakan ISO tertinggi pada kamera untuk memotret pada kondisi kurang cahaya (low light) dan atau untuk obyek yang bergerak cepat (foto sport/action). Namun, penggunaan ISO tinggi pada kamera poket yang umumnya bersensor kecil akan menimbulkan noise (dalam kamera analog atau kamera yang menggunakan film disebut grainy) akibat peningkatan sensitifitas sensor kamera tersebut terhadap cahaya. Tetapi, tingkat noise ini masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), jika anda “alergi” dengan noise, hindari ISO 400, gunakan ISO 200 sebagai ISO tertinggi.
• Gunakan flash dengan speed rendah (slow synch flash) agar obyek dan background cukup tercahayai dengan baik. Penggunaan flash dengan speed rendah ini terutama sangat berguna untuk pengambilan foto di malam hari (night shoot/scene). Namun perlu diingat, karena menggunakan speed rendah, kamera dan obyek foto harus diam tidak bergerak dan disarankan untuk menggunakan tripod untuk mencegah hasil foto goyang akibat getaran tangan. Semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yang terekam (misalnya warna lampu pijar yang lebih warm).
• Gunakan nilai (+) EV (Exposure Value) untuk “mencerahkan” hasil foto yang diambil. Keuntungan dengan menggunakan (+) EV adalah peningkatan kecerahan yang tidak dibarengi dengan peningkatan noise karena cara kerjanya adalah dengan menurunkan speed sampai batas “aman” (batas speed yang cukup tinggi untuk handheld). Bila ini masih dirasa belum cukup, maka tindakan berikutnya adalah memperbesar aperture. Terkait dengan cara kerjanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan/diperhitungkan pada saat pemotretan dilakukan yaitu:
1. Semakin besar nilai (+) EV, maka semakin rendah speed-nya. Ini tidak cocok untuk pengambilan obyek bergerak (tidak bisa untuk “membekukan” obyek), tetapi lebih cocok untuk still foto.
2. Bila sampai aperture-nya diperbesar, maka DoF-nya akan memendek. Tetapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital memiliki DoF yang “sangat” panjang, kecuali untuk foto makro.
3. Karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaan untuk pengambilan jarak dekat (close up) yaitu pengambilan dengahn jarak 1m atau kurang. Agar tidak over exposure (foto terlalu terang akibat cahaya yang berlebihan) lebih baik obyek berada mendekati jangkauan maksimum flash-nya.

Seberapa besar nilai (+) EV-nya? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dgn ISO setting yg kita gunakan. Ada baiknya untuk melakukan percobaan terlebih dahulu dalam menentukan nilainya.

Umumnya nilai +2/3 - 1 (+0,7 - 1,0) pada ISO 100-200 sudah cukup. Pada kondisi tertentu yang membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pada ISO 400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pada jangkauan max flash).

Bagaimana dengan ISO auto ? perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnya cenderung memilih ISO terendahnya).
Selengkapnya »»

Mengenal ISO

Artikel yang saya tulis kali ini akan membahas salah satu setting pada kamera digital, yaitu ISO. Tulisan-tulisan yang akan mewarnai blog ini jangan diartikan bahwa saya telah menguasai hal-hal tersebut pada tingkatan pakar, namun hanyalah sebagai ungkapan rasa ingin berbagi.
Sebelum membahas tentang ISO, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu fotografi? Fotografi secara bebas bisa didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan cahaya. Kata kunci di sini adalah cahaya. Artinya, tanpa cahaya kita tidak bisa “melukis”. Dalam hal ini yang dimaksud adalah menghasilkan sebuah gambar foto. Jadi, tugas utama dari kamera adalah merekam cahaya yang ada dan menulisnya pada sebuah media.
Pada kamera analog, media yang dimaksud adalah film. Sedang pada kamera digital, medianya adalah sensor kamera yang dilanjutkan dengan menyimpan pada memory card (CF, SD, xD, dsb). Tanpa ada cahaya, tidak akan ada gambar yang dihasilkan. Itulah sebabnya, para fotografer profesional seringkali memanfaatkan sumber cahaya buatan (flash) untuk mendapatkan cahaya yang mencukupi agar dapat menghasilkan foto yang bagus.
Apa yang mesti kita lakukan jika ternyata sumber cahaya yang ada tidak memadai? Misalnya memotret di dalam ruangan yang cahaya lampunya tidak terlalu terang. Pada kondisi seperti ini-lah kita akan bermain dengan setting ISO pada kamera digital yang kita miliki.
Setting ISO pada kamera digital akan menentukan seberapa tinggi tingkat sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya yang ada. Semakin tinggi nilai sensitivitas tersebut maka akan semakin sedikit jumlah cahaya yang diperlukan untuk menghasilkan gambar. Secara sederhana: semakin kurang cahaya yang ada (baca: semakin redup) maka semakin tinggi nilai ISO yang mesti kita setting pada kamera.
Pada semua kamera digital akan terdapat setting AUTO ISO. Setting yang akan secara otomatis menentukan nilai ISO yang sesuai dengan kondisi cahaya yang ada pada saat itu. Namun demikian, pada saat melakukan fotografi kreatif (setting manual pada pilihan Av, Sv / Tv atau bahkan M akan dibahas terpisah), setting ISO harus dilakukan secara manual.
Bergantung pada merek dan tipe kameranya nilai ISO terendah bisa bernilai antara 50-80; tapi ada juga yang dimulai dengan 100. Berikutnya secara berturut-turut adalah IS0 200, ISO 400; pada kamera jenis prosumer dan DSLR bisa berlanjut ke ISO 800, ISO 1600 atau bahkan ISO 3200.
Kunci yang harus diingat sewaktu hendak menggunakan kamera adalah selalu gunakan ISO yang terendah yang dimiliki oleh kamera. ISO yang tinggi akan mengakibatkan noise pada gambar yang dihasilkan. Sehingga, jika tidak terpaksa –karena sumber cahaya yang kurang memadai– jangan menaikkan angka ISO pada setting kamera. Jika hasil rekaman cahaya (gambar foto) kurang memuaskan, bisa dicoba untuk menaikkan nilai ISO secara bertahap. Jadi, dalam keadaan normal, misalnya fotografi outdoor dalam cuaca yang cerah, kita bisa gunakan ISO 100 (jika ini yang terendah yang ada di kamera yang kita miliki). Kita gunakan ISO 1600 (jika ini yang tertinggi) pada waktu mengabadikan sebuah konser di dalam gedung teater yang gelap dan tidak mengijinkan penggunaan flash pada kamera.
Selengkapnya »»

Fungsi Shutter dan Aperture dalam Mengontrol Exposure

Bagian 1 - Shutter Speed
Fotografi digital memudahkan kita memahami dunia fotografi, hasil jepretan langsung bisa di review melalui jendela LCD, sehingga kita bisa mengevaluasi hasil jepretan, karena data teknis yg berkaitan dengan Jepretan tadi terlihat dan terekam, berbeda dengan Fotografi Konvensional, dimana kita harus mencetaknya dulu baru dapat melihat, me-review dan mengevaluasi hasil jeperetan, data teknis-nya pun kita harus mencatatnya terlebih dahulu, sehingga butuh banyak biaya dan waktu yg terbuang untuk bisa memperbaiki kemampuan fotografi kita.

Seni Fotografi bisa diibaratkan sebagai melukis dengan cahaya, dalam hal ini kamera dan Lensa yang menggantikan peran kuas dan cat. Ada dua hal yg memegang peranan terpenting dalam kamera dan lensa, yaitu Shutter Speed dan Aperture
Shutter Speed adalah lamanya waktu yg diperlukan untuk menyinari sensor CMOS ato CCD pada kamera digital, dan Film pada kamera konvensional. Pada Kemera tertera angka-angka 250,125,60,30,15 dst. Ini berarti lamanya penyinaran adalah 1/250 detik, 1/125 detik, 1/60 detik, dst.
Semakin besar angkanya berarti semakin cepat waktu yg digunakan, hal ini akan menciptakan efek diam (freeze), misalnya kita akan memotret objek yg sedang bergerak, misal mobil, dengan efek diam, kita memerlukan setidaknya shutter speed diatas 1/125 detik
Sebaliknya bila kita akan memotret objek tersebut dengan efek bergerak, maka dibutuhkan shutter speed kurang dari 1/125 detik, sebaiknya dilakukan dengan cara mengikuti arah gerak objek, hal ini disebut teknik panning,
Dua hal diatas tergantung juga dari kecepatan objek tersebut bergerak, semakin cepat objek bergerak, berarti semakin tinggi shutter speed yg dibutuhkan agar memperoleh efek diam atau bergerak yang kita inginkan, Perlu diperhatikan, semakin rendah shutter speed, akan mengakibatkan semakin besar juga kemungkinan terjadinya camera shaking, yg akan mengakibatkan hasil jepretan menjadi goyang dan tidak tajam
Agar aman, gunakan shutter speed diatas 30 atau 1/30 detik, kalo memang menginginkan shutter speed lebih rendah, misal 1/15 detik, 1/8 detik ato yg lebih rendah, gunakan gunakan penyangga ato tripod

Bagian 2 - Aperture
Setelah membahas Shutter Speed, Elemen lain yg tidak kalah penting dalam fotografi adalah Aperture, Aperture Adalah ukuran bukaan lensa yang berfungsi memasukkan dan meneruskan cahaya ke film atau sensor. ukuran besar kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 2,8; 4; 5,6 dst. angka2 tersebut dikenal sebagai f-number, jadi disebut aperture (bukaan) f/2,8; f/4; f/5,6 dst. Semakin besar aperture semakin kecil f-numbernya dan semakin kecil pula diameter bukaannya, jadi f/16 lebih kecil diameternya daripada f/5,6
Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil diameter pupil, begitu pula sebaliknya. Aperture sangat berhubungan dengan ruang tajam atau depth of field, semakin besar f-number, misal f/22, rentang ketajaman akan semakin lebar. Artinya objek di belakang dan di depan fokus utama memiliki ketajaman yang baik. sebaliknya kita akan mendapatkan efek blur/buram untuk objekdi depan dan dibelakang fokus utama jika menggunakan f-number kecil, misal f/2,8
Shutter speed dan aperture harus bersinergi untuk mendapatkan exposure yang tepat. Peranan ISO juga penting, semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kepekaan terhadap cahaya pun makin besar, sehingga pada pencahayaan kurang pun, shutter speed maupun aperture masih dapat digunakan secara maksimal. Tapi perlu diingat, semakin tinggi ISO yang digunakan, akan semakin tinggi tingkat noise ataupun grain yang dihasilkan
Untuk mengetahui apakah exposure sudah tepat atau belum, pada kamera digital ato konvensional tersedia fasilitas metering. Sehingga terjadinya over exposure (kelebihan pencahayaan) atau under exposure (kekurangan pencahayaan) dapat diminimalkan.
Setelah teknik dasar dapat dikuasai, berikutnya yg dibutuhkan adalah jam terbang, karena seni fotografi identik dengan momen, dan momen yg baik tidak mudah terulang, kepiawaian menentukan komposisi dan sudut ambil gambar dapat berkembang seiring jam terbang, kemudian perbanyak referensi dari, buku, internet, maupun sumber2 lain. Bagaimana bagus dan canggihnya sebuah kamera, hanya merupakan sebuah alat, yg menentukan adalah orang yg berada di belakang kamera
Semoga bermanfaat..
Selengkapnya »»

Membangun sense of photography

Berikut ini adalah beberapa tuntunan yang dapat membantu Anda dalam mengembangkan keterampilan fotografi.
Selalu Bawa Kamera
Alasan utama mengapa Anda melewatkan momen yang bagus untuk difoto adalah karena Anda tidak membawa kamera. Jadikanlah suatu kebiasaan untuk selalu membawa kamera kemanapun Anda bepergian karena Anda tidak tahu momen-momen atau pemandangan-pemandangan apa yang akan Anda temui nanti. Belilah tas atau tempat untuk kamera Anda karena hal tersebut dapat memudahkan Anda membawa kamera, selain itu juga dapat melindungi kamera Anda dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti goresan maupun benturan dengan benda lain. Tas atau tempat kamera yang memiliki busa dan memiliki lapisan luar yang cukup keras adalah pilihan yang cerdas untuk hal ini.

Foto Lebih Banyak Lagi
Jika Anda berfikir bahwa Anda telah cukup banyak mengambil foto, tidak demikian adanya, terutama jika Anda adalah pemilik kamera dijital. Hasil foto kamera dijital disimpan dalam format dijital (berkas), jadi tidak ada kerugian bagi Anda untuk mengambil foto lebih banyak. Memang foto tersebut akan menghabiskan sejumlah space pada kartu memori Anda, namun nantinya Anda dapat dengan mudah menghapusnya jika Anda tidak puas dengan hasil foto tersebut. Mengapa Anda mengambil sebuah foto jika Anda bisa mengambil banyak foto? Tidak usah ragu, karena mungkin tempat di mana Anda mengambil foto tersebut tidak akan Anda kunjungi lagi. Foto sebebas-bebasnya, karena pemandangan/adegan sehari-hari yang membosankan dapat saja menjadi bersejarah beberapa tahun kemudian.
Percaya pada Mata Anda
Mempelajari aturan-aturan composition adalah hal yang baik, namun aturan-aturan tersebut kadangkala tidak berlaku dan ada kalanya Anda harus mempercayai mata Anda. Ketika kita akan memfoto sebuah objek, gerakkan atau pindahkan kamera dan jelajahi pemandangan sekitarnya. Ketika Anda menemukan sudut potret yang menurut Anda bagus, fotolah dengan segera.
Latih Mata Anda
Lihat dan perhatikan dengan seksama foto yang Anda ambil. Cobalah untuk menemukan kekurangan-kekurangan dan kritiklah hasil foto tersebut. Apakah foto tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan pada saat kita memfoto? Apakah Anda suka composition-nya? Aktivitas peninjauan kembali hasil foto oleh Anda sendiri sangat esensial dalam meningkatkan indra fotografi Anda.
Kenali Kamera Anda
Anda tidak perlu menghafal setiap fitur pada kamera Anda sesegera mungkin. Akan lebih mudah mengingat fitur-fitur Anda dengan perlahan-lahan mencoba fitur-fitur kamera Anda satu-persatu melalui aktivitas fotografi sehari-hari. Analoginya seperti saat kita belajar mengganti persneling saat mengendarai sepeda motor atau mobil. Jadikan kemampuan mengutak-atik fitur kamera menjadi kebiasaan Anda. Dengan demikian Anda tahu dengan baik fitur-fitur apa yang mesti dipakai pada saat memfoto suatu objek atau pemandangan.
Selalu Bekerja pada Berkas Salinan
Hal ini berlaku untuk era baru fotografi yaitu kamera dijital. Perlu Anda ingat bahwa sebelum Anda membuat foto salinan maka foto yang Anda punya adalah foto satu-satunya yang masih asli. Biasakanlah membuat salinan atas berkas foto yang akan Anda utak-atik. Beberapa perangkat pengolahan/pengorganisasi gambar dijital biasanya menyertakan fitur ini.
Selengkapnya »»

Dasar - dasar Fotografi

Siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan kerja keras, kita dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan segenap kreasi dan interpretasi terhadap apa yang dilihat dan jepret. Nah, seni mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera di sebut dengan Fotografi. Berikut dasar-dasar fotografi yang bisa membantu anda mendapatkan gambar yang menandung seni.

Komposisi
Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik.Diantaranya:
Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang Umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.
Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.
Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.
Di dalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..
Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.
Background (BG) dan Foreground (FG)
Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek.
Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma.
Selengkapnya »»

Sensor CCD dan CMOS

Kamera digital menjadi barang umum mengikuti penurunan harga jualnya. Salah satu penggerak dibalik penurunan harga adalah dengan diperkenalkannya sensor CMOS. Sensor CMOS sangat jauh lebih murah untuk dirakit dibandingkan sensor CCD.

Kedua sensor CCD (charge-coupled device) dan CMOS (complimentary metal-oxide semiconductor) berfungsi sama yaitu mengubah cahaya menjadi elektron. Untuk mengetahui cara sensor bekerja kita harus mengetahui prinsip kerja sel surya. Anggap saja sensor yang digunakan di kamera digital seperti memiliki ribuan bahkan jutaan sel surya yang kecil dalam bentuk matrik dua dimensi. Masing-masing sell akan mentransform cahaya dari sebagian kecil gambar yang ditangkap menjadi elektron. Kedua sensor tersebut melakukan pekerjaan tersebut dengan berbagai macam teknologi yang ada.


Langkah berikut adalah membaca nilai dari setiap sel di dalam gambar. Dalam kamera CCD, nilai tersebut dikirimkan ke dalam sebuah chip dan sebuah konverter analog ke digital mengubah setiap nilai piksel menjadi nilai digital. Dalam kamera CMOS, ada beberapa transistor dalam setiap piksel yang memperkuat dan memindahkan elektron dengan menggunakan kabel. Sensor CMOS lebih fleksibel karena membaca setiap piksel secara individual.

Sensor CCD memerlukan proses pembuatan secara khusus untuk menciptakan kemampuan memindahkan elektron ke chip tanpa distorsi. Dalam arti kata sensor CCD menjadi lebih baik kualitasnya dalam ketajaman dan sensitivitas cahaya. Lain halnya, chip CMOS dibuat dengan cara yang lebih tradisional dengan cara yang sama untuk membuat mikroprosesor. Karena proses pembuatannya berbeda, ada beberapa perbedaan mendasar dari sensor CCD dan CMOS.

* Sensor CCD, seperti yang disebutkan di atas, kualitasnya tinggi, gambarnya low-noise. Sensor CMOS lebih besar kemungkinan untuk noise.
* Sensitivitas CMOS lebih rendah karena setiap piksel terdapat beberapa transistor yang saling berdekatan. Banyak foton mengenai transistor dibandingkan diodafoto.
* Sensor CMOS menggunakan sumber daya listrik yang lebih kecil.
* Sensor CCD menggunakan listrik yang lebih besar, kurang lebih 100 kali lebih besar dibandingkan sensor CMOS.
* Chip CMOS dapat dipabrikasi dengan cara produksi mikroprosesor yang umum sehingga lebih murah dibandingkan sensor CCD.
* Sensor CCD telah diproduksi masal dalam jangka waktu yang lama sehingga lebih matang. Kualitasnya lebih tinggi dan lebih banyak pikselnya.

Berdasarkan perbedaan tersebut, Anda dapat lihat bahwa sensor CCD lebih banyak digunakan di kamera yang fokus pada gambar yang high-quality dengan piksel yang besar dan sensitivitas cahaya yang baik. Sensor CMOS lebih ke kualitas dibawahnya, resolusi dan sensitivitas cahaya yang lebih rendah. Akan tetapi pada saat ini sensor CMOS telah berkembang hampir menyamai kemampuan sensor CCD. Kamera yang menggunakan sensor CMOS biasanya lebih murah dan umur baterenya lebih lama.

Saat ini banyak kamera digital murah yang menggunakan sensor CMOS daripada CCD. Apa kelemahan dan kekurangan CMOS dibanding CCD? CMOS memiliki keunggulan dimana ongkos produksi murah sehingga harga kamera lebih terjangkau. Sedangkan CCD memiliki keunggulan dimana sensor lebih peka cahaya, jadi pada kondisi redup (sore/ malam) tanpa bantuan lampu kilat masih bisa mengkap obyek dengan baik, sedangkan pada CMOS sangat buram.
Selengkapnya »»

Mengenal Lensa Kamera

Salah satu bagian yang paling penting dari sebuah kamera digital adalah lensa. Itulah sebabnya, dalam memilih lensa dibutuhkan pengetahuan yang memadai. Kualitas dan kemampuan lensa sangat mempengaruhi hasil akhir dari foto, selain sensor dan proses pengolah gambar tentunya.
SRL [Single Lens Reflex]
Bagi kamera dengan lensa tetap yang tidak bias diganti-ganti, permasalahan lensa hanya terbatas pada saat pembelian. Namun bagi pengguna kamera dengan lensa yang bias ditukar-tukar atau Single Lense Reflex (SLR) tentunya akan membeli lensa-lensa lainnya.

Bagi lensa tidak hanya terdiri dari satu kaca optis saja, tetapi bias berlapis-lapis kaca optis yang digunakan. Ini untuk mengkoreksi gambar agar tampak seperti apa adanya. Hal ini perlu mengingat bentuk lensa yang tidak melulu rata, melainkan cembung atau cekung yang akan mempengaruhi bentuk objek yang dibidik.
Objek akan terlihat melengkung pada bagian sisi-sisinya. Sebagai contoh, apabila kita melihat garis persegi empat melalui sebuak kaca cembung,maka hasilnya akan seperti bantal dengan garis sisi-sisinya melengkung. Untuk mengembalikan gambar persegi ke asalnya, maka dibutuhkan optik koreksi yang reppotnya cukup banyak. Jadi tidak heran apabila ukuran lensa pada umumnya agak panjang, selain juga untuk memberikan jarak melakukan fokus.
Namun pada lensa moderen, telah digunakan teknik baru yang dinamakan aspherical, yaitu cara menggosok lensa secara bergelombang sehingga koreksi cacat bantal tersebut bias dikoreksi dengan jumlah lensa yang lebih sedikit. Akibatnya, ukuran panjang lensa bias dikurangi secara signifikan.
Elemen pembuat lensa dibuat dari material transparan seperti kaca yang tahan terhadap goresan, namun akan sangat sulit atau hampir mustahil membuat lensa aspherical dengan bahan tersebut. Plastik atau acrylic adalah bahan yang kemudian dipilih, karena selain mudah dibentuk juga sangat ringan, lalu dikombinasikan dengan kaca pada bagian luar agar tahan gores.
Selain itu, lensa juga diberi lapisan coating untuk menghindari flare maupun efek-efek yang tidak diinginkan, seperti misalnya lapisan UV untuk menghalangi cahaya ultraviolet yang bias mengganggu cahaya dengan akibat warna yang terdistorsi.
Panjang Lensa (Focal Length)
Panjang lensa di sini bukan merujuk pada panjang pendeknya ukuran lensa, tetapi lebih kepada jaraklensa terhadap sensor gambar agar titik apinya jatuh tepat pada permukaan sensor. Panjang lensa biasanya dalam ukuran millimeter atau disingkat mm, dikenal juga dengan istilah focal length dan tanda “F” besar. Pada lensa panjang, biasanya disebut lensa zoom, yakni lensa yang memiliki kemampuan untuk melihat objek yang jauh. Kemampuan sebuah zoom kamera tidak diukur dari seberapa jauh lensa tersebut bias menangkap objek, tetapi berapa kali pembesaran yang bisa dilakukan oleh si lensa.
Ukuran panjang lensa dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kemampuannya, misalnya lensa di bawah 50 mm disebut sebagai lensa makro. Sedangkan lensa 50 mm ke atas disebut sebagai lensa wide, dan di atas 70 mm disebut sebagai lensa zoom.
Optical Zoom
Seberapa kali kah pembesaran yang dapat dilakukan oleh suatu lensa kamera? Dari pertanyaan tersebut tentunya bisa diambil kesimpulan bahwa faktor pengali ini didapatkan dari focal length terpanjang dibagi dengan focal length terkecil. Contoh, sebuah Lensa kit memiliki focal length 18 mm - 55 mm. Itu berarti lensa tersebut mempunyai optical zoom 3kali (55mm/18mm).Jadi, jika ingin membeli kamera, jangan lupa lihat focal length-nya berapa. Masuk dalam kategori apa lensa kamera yang akan anda beli. Apakah wide? Apakah tele? Ataukah midrange?
F-stop
Pada umunya, lensa sudah memiliki mekanis untuk melakukan fokus dan pengaturan aperture atau bukaan diafragma. Bahkan untuk kamera DSLR sekalipun, lensa bias diatur secara otomatis maupun manual. “f-stop” atau biasanya ditanai dengan huruf “f” kecil, mengindikasikan bukaan diafragma. F-stop adalah diameter aperture dibagi dengan ukuran yang tertera pada lensa. Misalnya f8, artinya aperture atau bukaannya adalah 1/8. Semakin kecil f-nya (angkanya semakin besar), maka semakin sedikit cahaya yang masuk, begitu juga sebaliknya. Arti “stop” di sini adalah tingkatan bukaan yang setiap tingkatnya adalah dua kali penerimaan cahaya. Sebagai contoh pada “f” pertama adalah “n” cahaya, pada “f” kedua adalah “2^n” cahaya, jadi dari “f” pertama ke “f” kedua adalah satu stop.
Pada saat membeli lensa, umumnya kedua hal tersebut akan menjadi perhatian utama, sehingga Anda bisa menentukan kebutuhan lensa yang cocok.
Cacat Lensa
Lensa memiliki beberapa karakteristik yang cukup kompleks. Itulah sebabnya, membuat sebuah lensa yang baik membutuhkan biaya yang tinggi. Maka tak heran lensa yang baik memiliki harga yang tidak murah. Beberapa cacat lensa adalah :
Vigneting
Jatuhnya cahaya pada sensor gambar yang tidak sempurna. Hal ini mengakibatkan ada beberapa bagian –terutama di bagian sudut-sudut yang tidak mendapat cahaya atau gelap. Objek terlihat terang namun dikelilingi oleh banyangan hitam di sekeliling gambar.
Diffraction
Cahaya yang jatuh pada sensor gambar menjadi berpendar. Sehingga, hasil gambar semakin ke pinggir semakin menghilang.
Aberration
Jatuhnya titik cahaya pada tempat yang salah atau bergeser. Aberration juga dibagi beberapa lagi,yakni :
- Spherical : Cahaya yang jatuh di sudut, tidak sama dengan yang jatuh pada titik tengah
- Coma : Cahaya yang jatuh di sudut mendapatkan pembesaran yang berbeda dengan titik tengah
- Astigmatism : Gambar blur di sekelilingnya
- Distortion : Gambar menjadi melengkung pada bagian sisi kiri-kanan. Bila melengkung keluar, maka disebut sebagai barrel (cacat tong, karena gambar seperti tong). Bila melengkungnya ke dalam, maka disebut sebagai pincushion (cacat bantal, gambar berbentuk seperti bantal).
Cacat lensa adalah sifat alam, sehingga tidak bisa dihilangkan secara total. Untungnya, pada saat ini teknologi lensa sudah semakin canggih, sehingga semua cacat lensa sudah dapat dikurangi, apalagi dengan penggunaan bahan plastic yang lebih mudah dibentuk. Penggunaan lensa plastic yang awalnya sngat dihindari oleh para fotografer, kini mampu memberikan kualitas yang sangat prima serta harga yang lebih murah.
Selengkapnya »»

Pencitraan Digital Megapiksel melalui Lensa

Kamera digital menjadi produk teknologi yang paling digemari sepanjang tahun 2005 dan akan tetap menjadi produk yang selalu menarik minat konsumen di era perkembangan teknologi komunikasi informasi yang pesat ini.
Dan sepanjang tahun 2005, terintegrasinya kamera digital ke dalam ponsel secara perlahan menghasilkan sebuah fenomena yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena semakin baiknya resolusi yang dicangkokkan ke dalam ponsel tanpa mengubah faktor bentuk perangkat yang menjadi gadget penting siapa saja.

Kehadiran ponsel-ponsel dengan kamera digital beresolusi 2 megapiksel, seperti Nokia N90, Sony Ericsson W800 Walkman, dan beberapa ponsel lainnya, telah mengubah lanskap citra digital yang menjadi fenomena penting konvergensi teknologi menghadirkan tidak hanya kemampuan ponsel yang setara dengan kamera digital, tetapi juga berkemampuan untuk menghasilkan video digital berkualitas DVD.
Pada tahun 2006 kita akan melihat kemampuan para manufaktur ponsel untuk mengintegrasikan kamera digital dengan resolusi yang lebih tinggi, mencapai 3-5 megapiksel, karena semakin murahnya biaya ekonomi dalam kategori resolusi tersebut.
Steve Lewis, Director Imaging Unit Multimedia Asia Pacific dari Nokia Pte Ltd yang berpusat di Singapura dalam pembicaraan dengan Kompas mengatakan, resolusi kamera digital pada ponsel menjadi penting karena kebutuhan konsumen akan kualitas foto-foto maupun video yang dihasilkan terus meningkat bersamaan dengan semakin meluasnya pemahaman multimedia perangkat-perangkat teknologi yang diperkenalkan.
Lewis mengatakan, ponsel sekarang tidak lagi hanya perangkat untuk berkomunikasi, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup yang menekankan kemampuan multimedia menyeluruh untuk menghasilkan foto dan video digital yang berkualitas.
Peranan lensa
Pertanyaannya memang apakah kamera digital dan kamera video yang juga terpengaruh digitalisasi yang sekarang terjual secara terpisah sebagai bagian dari sektor consumer electronics bisa tergantikan sepenuhnya oleh perangkat ponsel yang terkonvergensi dengan semua teknologi citra digital?
Digital imaging memang menjadi sebuah fenomena, menggantikan pencitraan konvensional seperti yang terjadi pada kamera analog. Masalahnya, konsumen sekarang ini dibingungkan oleh resolusi yang dihasilkan oleh perangkat-perangkat seperti kamera digital maupun ponsel yang berkemampuan untuk memotret atau merekam video.
Bagi konsumen awam, memang sulit untuk membedakan kamera digital dengan 5 megapiksel dibandingkan dengan 7,2 megapiksel atau dengan 8 megapiksel. Ketika perbedaan resolusi megapiksel ini dicetak dalam ukuran format kertas foto yang sama, misalnya, sulit untuk membedakan hasil antara 5 megapiksel dan 8 megapiksel.
Pembedaan antarmegapiksel ini baru muncul ketika kita membutuhkan pencetakan hasil kamera digital pada ukuran besar, seperti ukuran A4 atau ukuran A3. Walaupun kebutuhan ini bukan menjadi sebuah kebutuhan utama para konsumen, perbedaan megapiksel ini menjadi signifikan terutama pada kamera digital.
Di sisi lain yang juga perlu menjadi pertimbangan penting dalam digital imaging adalah pilihan lensa yang memang menjadi faktor penentu kualitas yang akan dihasilkan oleh perangkat-perangkat dengan kemampuan citra digital ini.
Selama ini lensa menjadi keterbatasan sendiri bagi kamera jenis prosumer maupun ponsel yang dilengkapi kamera digital. Ketajaman dan kejernihan citra digital untuk foto dan video selama ini dibatasi oleh lensa tetap yang melekat pada perangkat-perangkat tersebut.
Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, lensa akan menjadi faktor yang ikut menentukan bersamaan dengan membesarnya resolusi dalam berbagai gadget digital. Lensa juga menjadi faktor penting bagi kamera digital, termasuk untuk kamera jenis SLR, karena meningkatnya kemampuan image processor tidak akan banyak berarti kalau tidak ditunjang oleh kemampuan lensa yang mewakili mata kita untuk menangkap obyek-obyek yang ingin direkam seindah aslinya.
Pada kamera jenis SLR, lensa seperti Canon EF 24-70 mm 1:2.8 L USM menjadi sangat penting ketika digunakan pada kamera yang memiliki resolusi di atas 8 megapiksel. Penggunaan lensa Carl Zeiss Tessar 2.9/5.5 pada Nokia N90 maupun lensa Carl Zeiss Vario-Sonnar T* pada kamera prosumer Sony DSC-R1 menunjukkan betapa pentingnya lensa-lensa dalam memperluas cakrawala multimedia di masa mendatang.
Dalam era digitalisasi sekarang ini, lensa mewakili mata manusia untuk menyelami dunia multimedia yang penuh warna, menghasilkan ketajaman, serta kejernihan, yang selama ini ada dalam rekaman pikiran manusia. Dan pada tahun 2006 akan banyak sekali lensa yang dibuat untuk keperluan ini, menjembatani kemajuan teknologi digital untuk memperkaya pencitraan kita merekam seluruh kehidupan. (rlp)
Selengkapnya »»

Senin, 08 September 2008

Karakteristik kamera Anda

Sebelum kita melangkah ke teknik fotografi yang lebih dalam ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu kamera kita. Dengan mengenal karakteristik kamera yang kita pakai secara akan sangat membantu dalam kegiatan fotografi.

Jenis kamera digital
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto.
3. DSLR. Digital SLR.
Lensa
Lensa, mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.
Field of View (FOV) tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.
Field of View Crop, sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)
Jenis-jenis Lensa
a. berdasarkan prime-vario
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap,
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur.
b. berdasarkan panjang focal
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang.
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm.
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh.
c. berdasarkan aperture maksimumnya.
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar.
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit.
d. lensa-lensa khusus
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan.
Peralatan bantu lain
Tripod, diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat untuk menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld) yang dapat mengakibatkan foto menjadi blur
Monopod, mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
Flash/blitz/lampu kilat, untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap.
Filter, untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya.
- UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape
- PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit.
Exposure, jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma. Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya.
- Shutter speed/kecepatan rana. Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.
- ISO, menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit.
Exposure metering (sering disingkat dengan metering saja), metode pengukuran cahaya
1. Average metering, mengukur cahaya rata-rata seluruh frame.
2. Center-weighted average metering, mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah.
3. Matrix/Evaluative metering, Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu.
4. Spot metering, mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja.

DOF, Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.
Pemilihan DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting mode
Mode auto, mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret.
1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter.
2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF.
3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil.
4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus.
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed
Selengkapnya »»

Panduan memilih kamera digital

Begitu banyak pilihan kamera digital sekarang ini. Manakah yang paling tepat untuk Anda? Saya akan mencoba mengulasnya untuk Anda. Baik yang sedang mencari-cari kamera digital, pencinta fotografi, ataupun sekadar tambahan informasi dan bahan pertimbangan untuk para pemilik kamera konvensional 35 mm yang ingin beralih ke kamera digital.


Langkah-langkah memilih kamera Digital:

1) Kenali karakteristik Anda sendiri dalam bidang fotografi
• Seberapa sering kita memotret?
• Situasi memotret yang bagaimana yang paling sering kita hadapi?
• Berapa anggaran yang kita sediakan?
• Seberapa perlu untuk memiliki kamera tersebut?
2) Tentukan fitur-fitur kamera yang Anda inginkan sesuai karakteristik memotret Anda di atas. Fitur-fitur tersebut seperti:
• Harga
• Berat
• Warna dan ukuran body
• Ukuran sensor dan resolusi
• Panjang focal lensa (zoom berapa kali? Dari berapa mm ke berapa mm?)
• Jenis batere (jenis AA biasa atau Lithium yang khusus)
• dsb.

3) Susunlah fitur-fitur tersebut sesuai skala prioritas:
• Prioritas 1: Must have. Kamera tersebut harus memiliki fitur ini.
• Prioritas 2: Good to have. Fitur yang dianggap penting namun bisa dikorbankan jika memang tidak tersedia.
• Prioritas 3: Nice to have. Fitur yang tidak penting, kalau tidak ada ya tidak apa-apa, tapi kalaupun ada tentu lebih menyenangkan.
4) Baca-baca review kamera dari berbagai majalah fotografi & gadget atau situs-situs fotografi. Carilah kamera yang memiliki fitur seperti yang Anda inginkan di atas. Situs-situs tersebut seperti:
• www.dpreview.com
• www.dcviews.com
• www.digitalcamerareview.com
• dsb.
Selengkapnya »»

Bagaimana Kamera Digital Bekerja?

Apabila kita mengetahui proses gambar di dalam kamera, maka pada saat melakukan pemotretan kita bisa memperhitungkan dan membayangkan akan seperti apa tampilan atau keluaran dari objek yang akan kita abdikan.

Didalam Kamera
Pada saat kita menekan tombol shutter, maka di dalam kamera terjadi tahapan-tahapan yang cukup panjang. Hanya saja, proses tersebut dilakukan sengan sangat cepat. Berikut adalah gambaran tentang proses tersebut :

Gambar yang ditangkap oleh lensa, dilewatkan pada filter warna yang kemudian akan ditangkap oleh CCD atau sensor gambar.

Tugas CCD adalah merubah sinyal analog (gambar yang ditangkap oleh lensa) menjadi sinyal listrik. Pada CCD ini terdapat jutaan titik sensor yang dikenal dengan pixel. Gambar yang ditangkap oleh sensor CCD diteruskan ke bagian pemrosesan gambar yang tugasnya memproses semua data dari sensor CCD menjadi data digital berupa file format gambar, serta melakukan proses kompresi sesuai format gambar yang dipilih (RAW, JPEG dan sebagainya).

Proses yang terakhir adalah mengirimkan hasil file gambar dalam format yangdipilih ke bagian penyimpanan (storage) atau memory card. Biasanya, memory card berupa SD, CF dan sebagainya.

Demikianlah proses gambar pada sebuah kamera digital. Namun tahapan tersebut hanyalah basic atau dasar dari hamper dari semua kamera digital.
Selengkapnya »»